PASAR PATI
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
PASAR PATI

Kumpulan semua warga pati dan sekitarnya untuk menjalin persahabatan

Pencarian
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Login

Lupa password?



RSS feeds

Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Statistics
Total 38 user terdaftar
User terdaftar terakhir adalah enjelins

Total 2237 kiriman artikel dari user in 567 subjects

You are not connected. Please login or register

Sejarah Runtuhnya Kerajaan Majapahit Part IX

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

whotte2


Admin

Peng-Islam-an keturunan Raden Bondhan
Kejawen, berlangsung dengan damai.
Raden Patah.
Ingat putri China Tan Eng Kian yang dinikahi
Adipati Arya Damar di Palembang?
Dari hasil pernikahan dengan Prabhu Brawijaya,
Tan Eng Kian memiliki seorang putra bernama Tan
Eng Hwat. Dikenal juga dengan nama muslim
Raden Hassan. Dari perkawinan Tan Eng Kian
dengan Arya Damar sendiri, lahirlah seorang
putra bernama Kin Shan, dikenal dengan nama
muslim Raden Hussein.
Sejak kecil, Raden Hassan dan Raden Hussein
dididik secara Islam oleh ayahnya Arya Damar.
Menjelang dewasa, Raden Hassan memohon ijin
kepada ibunya untuk pergi ke Jawa. Dia
berkeinginan untuk bertemu dengan ayah
kandungnya, Prabhu Brawijaya.
Tan Eng Kian tidak bisa menghalangi keinginan
putranya. Dari Palembang, Raden Hassan bertolak
ke Jawa. Sampailah ia di pelabuhan Gresik yang
ramai. Melihat keadaan Gresik yang hiruk-pikuk,
Raden Hassan kagum. Dia bisa membayangkan
bagaimana besarnya kekuasaan Majapahit.
Menilik di Gresik banyak orang muslim, Raden
Hassan tertarik.
Dan dengar-dengar, ada Pesantren besar disana.
Pesantren Giri. Raden Hassan memutuskan untuk
bertandang ke Giri. Bertemulah dia dengan Sunan
Giri. Sunan Giri senang melihat kedatangan Raden
Hassan setelah mengetahui dia adalah putra
Prabhu Brawijaya yang lahir di Palembang. Sunan
Giri seketika melihat sebuah peluang besar.
Di Giri, Raden Hassan memperdalam ke-Islaman-
nya. Disana, Raden Hassan mulai tertarik dengan
ide-ide ke-Khalifah-an Islam. Dan militansi Raden
Hassan mulai terbentuk.Ada kesepakatan
pemahaman antara Raden Hassan dengan Sunan
Giri.
Dari Sunan Giri, Raden Hassan memperoleh ide
untuk meminta daerah otonomi khusus kepada
ayahnya, Prabhu Brawijaya. Bila disetujui,
hendaknya Raden Patah memilih daerah di pesisir
Jawa bagian tengah. Jika itu terwujud, keberadaan
daerah otonomi didaerah pesisir utara Jawa
bagian tengah, akan menjadi penghubung
pergerakan militant Islam dari Jawa Timur dan
Jawa Barat di Cirebon.
Cirebon, kini tumbuh pesat sebagai pusat
kegiatan Islam dibawah pimpinan Pangeran
Cakrabhuwana, putra kandung Prabhu Siliwangi,
Raja Pajajaran. (Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah belum datang dari Mesir ke Cirebon.
Dia datang pada tahun 1475 Masehi. Pada bagian
selanjutnya akan saya ceritakan : Damar
Shashangka.
)
Setelah dirasa cukup, Raden Hassan melanjutkan
perjalanan ke Pesantren Ampel dengan diiringi
beberapa santri Sunan Giri. Disana dia disambut
suka cita oleh Sunan Ampel. Disana, dia diberi
nama baru oleh Sunan Ampel, yaitu Raden Abdul
Fattah yang lantas dikenal masyarakat Jawa
dengan nama Raden Patah.
Selesai bertandang di Ampel, Raden Hassan yang
kini dikenal dengan nama Raden Patah
melanjutkan perjalanan ke ibu kota Negara
Majapahit. Dia yang semula hanya berniat untuk
bertemu dengan ayahnya, sekarang dia telah
membawa misi tertentu.
Betapa suka cita Prabhu Brawijaya mendapati
putra kandungnya telah tumbuh dewasa. Dan
manakala, Raden Patah memohon anugerah
untuk diberikan daerah otonom, Prabhu Brawijaya
mengabulkannya. Raden Patah meminta daerah
pesisir utara Jawa bagian tengah. Dia memilih
daerah yang dikenal dengan nama Glagah Wangi.
Prabhu Brawijaya menyetujui permintaan Raden
Patah. Dia mendanai segala keperluan untuk
membangun daerah baru. Raden Patah, dengan
disokong tenaga dan dana dari Majapahit,
berangkat ke Jawa Tengah. Di daerah pesisir
utara, didaerah yang dipenuhi tumbuhan pohon
Glagah, dia membentuk pusat pemerintahan
Kadipaten baru. Begitu pusat Kadipaten dibentuk,
dinamailah tempat itu Demak Bintara. Dan Raden
Patah, dikukuhkan oleh Sang Prabhu Brawijaya
sebagai penguasa wilayah otonom Islam baru
disana.
Demak Bintara berkembang pesat. Selain menjadi
pusat kegiatan politik, Demak Bintara juga
menjadi pusat kegiatan keagamaan. Demak
Bintara menjadi jembatan penghubung antara
barat dan timur pesisir utara Jawa.
Dipesisir utara Jawa, gerakan-gerakan militant
Islam mulai menguat. Sayang, fenomena itu tetap
dipandang sepele oleh Prabhu Brawijaya. Beliau
tetap yakin, dominasi Majapahit masih mampu
mengontrol semuanya. Padahal para pejabat
daerah yang dekat dengan pesisir utara sudah
melaporkan adanya kegiatan-kegiatan yang
mencurigakan. Pasukan Telik Sandhibaya telah
memberikan laporan serius tentang adanya
kegiatan yang patut dicurigai akan mengancam
kedaulatan Majapahit.
Tak lama berselang, Raden Hussein, putra Tan
Eng Kian dengan Arya Damar, menyusul ke
Majapahit. Dia mengabdikan diri sebagai tentara
di Majapahit. Raden Hussein tidak terpengaruh
ide-ide pendirian ke-Khalifah-an Islam. Dia
diangkat sebagai Adipati didaerah Terung (
Sidoarjo, sekarang ) dengan gelar, Adipati
Pecattandha.
Kebaikan Prabhu Brawijaya sangat besar
sebenarnya. Tapi kebaikan yang tidak disertai
kebijaksanaan bukanlah kebaikan. Dan hal ini
pasti akan menuai masalah dikemudian hari.
Bibit-bibit itu mulai muncul, tinggal menunggu
waktu untuk pecah kepermukaan.
Dan Prabhu Brawijaya tidak akan pernah
menyangkanya.

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik