PASAR PATI
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
PASAR PATI

Kumpulan semua warga pati dan sekitarnya untuk menjalin persahabatan

Pencarian
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Login

Lupa password?



RSS feeds

Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Statistics
Total 38 user terdaftar
User terdaftar terakhir adalah enjelins

Total 2237 kiriman artikel dari user in 567 subjects

You are not connected. Please login or register

Sejarah Runtuhnya Kerajaan Majapahit Part VI

Go down  Message [Halaman 1 dari 1]

whotte2


Admin

Ni Ken Gendhini dan Sura Menggala berhasil
masuk pengaruh Raden Bathara Katong,
sedangkan Sura Handaka tidak.
Raden Bathara Katong berhasil mengungkap
segala seluk-beluk kelemahan Wengker dari Ni
Ken Gendhini. Inilah yang diceritakan secara
simbolik dengan dicurinya Keris Pusaka Ki Ageng
Kutu, yang bernama Keris Kyai Condhong Rawe
oleh Ni Ken Gendhini dan kemudian diserahkan
kepada Raden Bathara Katong.
Condhong Rawe hanya metafora. Condhong
berarti Melintang (Vertikal ) dan Rawe berarti
Tegak (Horisontal ). Arti sesungguhnya adalah,
kekuatan yang tegak dan melintang dari seluruh
pasukan Wengker, telah berhasil diketahui secara
cermat oleh Raden Bathara Katong atas bantuan
Ni Ken Gendhini. Struktur kekuatan militer ini
sudah bisa dibaca dan diketahui semuanya.
Dan manakala waktu sudah dirasa tepat, dengan
diam-diam, dikirimkannya utusan kepada Ki
Ageng Mirah. Utusan ini menyuruh Ki Ageng
Mirah, atas nama Raden Bathara Katong,
memohon tambahan pasukan tempur ke
Majapahit.
Mendapati kabar Raden Bathara Katong masih
hidup, Prabhu Brawijaya segera memenuhi
permintaan pengiriman pasukan baru.
Majapahit dan Wengker diadu! Majapahit dan
Wengker tidak menyadari, ada pihak ketiga
bermain disana! Ironis sekali.
Peperangan kembali pecah. Ki Ageng Kutu yang
benar-benar merasa kecolongan, dengan marah
mengamuk dimedan laga bagai bantheng ketaton,
bagai banteng yang terluka. Demi Dharma, dia
rela menumpahkan darahnya diatas bumi pertiwi.
Walau harus lebur menjadi abu, Ki Ageng Kutu,
beserta segenap pasukan Wengker, maju terus
pantang mundur!
Namun bagaimanapun, seluruh struktur kekuatan
Wengker telah diketahui oleh Raden Bathara
Katong. Pasukan Wengker, yang terkenal dengan
nama Pasukan Warok itu terdesak hebat! Namun,
Ki Ageng Kutu beserta seluruh pasukannya telah
siap untuk mati. Siap mati habis-habisan! Siap
menumpahkan darahnya diatas hamparan
pangkuan ibu pertiwi! Dengan gagh berani,
pasukan ksatria ini terus merangsak maju,
melawan pasukan Majapahit.
Banyak kepala pasukan Majapahit yang menangis
melihat mereka harus bertempur dengan saudara
sendiri. Banyak yang meneteskan air mata,
melihat mayat-mayat prajurid Wengker
bergelimpangan bermandikan darah. Dan pada
akhirnya, Wengker berhasil dijebol. Wengker
berhasil dihancurkan!
Darah menetes! Darah membasahi ibu pertiwi.
Darah harum para ksatria sejati yang benar-benar
tulus menegakkan Dharma! Alam telah
mencatatnya! Alam telah merekamnya!
Kabar kemenangan itu sampai di Majapahit.
Namun, Prabhu Brawijaya berkabung mendengar
kegagahan pasukan Wengker. Mendengar
kegagahan Ki Ageng Kutu. Seluruh Pejabat
Majapahit berkabung. Sabdo Palon dan Naya
Genggong berkabung. Kabar kemenangan itu
membuat Majapahit bersedih, bukannya bersuka
cita.
Para pejabat Majapahit menagis sedih melihat
sesama saudara harus saling menumpahkan
darah karena campur tangan pihak ketiga, karena
disebabkan adanya pihak ketiga. Ki Ageng Kutu
adalah seorang Ksatria yang gagah berani. Ki
Ageng Kutu adalah salah satu sendi kekuatan
militer Majapahit. Kini, Ki Ageng Kutu harus gugur
ditangan pasukan Majapahit sendiri. Betapa tidak
memilukan!
Kadipaten Wengker kini dikuasai oleh Raden
Bathara Katong. Surat pengukuhan telah diterima
dari pusat. Dan Wengker lantas dirubah namanya
menjadi Kadipaten Ponorogo. Wengker yang Shiva
Buddha, kini telah berhasil menjadi Kadipaten
Islam.

Kembali Ke Atas  Message [Halaman 1 dari 1]

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik